Breaking News

Peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW Sekaligus Penyambutan Bulan Suci Ramadhan Bersama POR PURBA & PRM Barengkok



LEUWILIANG, Berita-Indonesia.id - Kegiatan peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW sekaligus penyambutan bulan suci Ramadhan ini telah selesai dilaksanakan di lapangan badminton Kp. Barengkok I RT. 001 RW. 001 Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor, Minggu, 27 Maret 2022 M / 24 Sya'ban 1443 H

Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian program pembinaan akhlak pemuda di lingkungan Kampung Barengkok I yang diakomodir oleh POR PURBA bekerjasama dengan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Barengkok dan Pimpinan Majelis Annur Hikmah Asholihin yang dihadiri berbagai unsur masyarakat seperti Kepala Desa Barengkok, Ketua DKM Masjid Al-Furqon, Ketua BKMT Desa Barengkok, dan lain-lain.  


Ferry Fachrizal selaku Ketua Persatuan Olahraga Putra Barengkok (POR PURBA) dalam sambutannya mengatakan "kegiatan ini bertajuk raih hikmah dibalik peristiwa Isra & Mi’raj Nabi Muhammad SAW dengan shalat berjamaah sehingga mampu mempererat tali silaturahmi antar warga. Shalat berjamaah apalagi di masjid sangat dianjurkan, selain mempunyai banyak keutamaan, ternyata banyak sekali filosofi yang terkandung didalamnya. Karena dari setiap gerakan, anjuran dan bacaan mengandung makna yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari contohnya imam ruku - makmum ruku, imam sujud – makmum sujud, imam takbir – makmum takbir dan ketika imam ada yang lupa didalam kepemimpinan shalat jamaahnya pasti menerima dengan senang hati. Intinya saya mengharapkan kepada pemuda dan masyarakat yang ada di lingkungan Kampung Barengkok I, mari kita penuhi masjid maupun musholla yang telah tersedia minimal dengan shalat berjamaah dan mari kita jaga kondusifitas lingkungan dengan menebar kebaikan bukan mencari keburukan apalagi terbawa arus hoax sehingga keutuhan tali silaturahmi dapat terjaga dan harmonisasi kehidupan antar warga bertetangga menjadi nyaman," Tutur Ferry.

Yulisdiawati (Kades Barengkok) dalam sambutannya mengingatkan kembali tentang pentingnya protokol kesehatan, karena sampai saat ini pandemi Covid  19 belum hilang dan pentingnya mengikuti vaksinasi Covid 19 minimal setiap warga sudah dua kali vaksinasi, apalagi sampai vaksinasi booster, dan Yulisdiawati menyampaikan tentang program penggunaan dana yang masuk ke Desa Barengkok yaitu sebanyak 40 % digunakan untuk bantuan langsung tunai untuk 159 KPM yang memenuhi syarat & ketentuan, sebanyak 20 % untuk ketahanan pangan, sebanyak 8 % untuk penanganan covid-19 dan 32 % mobil ambulance sesuai keputusan musyawarah yang telah dihasilkan bersama perangkat desa lainnya," Tegas Yulisdiawati. 
   
Sebagai pengisi materi tablighul islamiyyah peringatan Isra & Mi’raj Nabi Muhammad SAW adalah K.H. Fiqh Nauval Hamdzali dari Pondok Pesantren Al-Bahren menyampaikan dalam uraian materi pokoknya yaitu Salah satu yang dapat dijadikan filosofi dari shalat berjamaah yaitu kepemimpinan dan menjaga kerukunan bernegara. Kita semua tahu bahwa dalam shalat berjama’ah terdapat imam dan makmum, di dalam shalat berjamaah kedua posisi ini tidak bisa terpisahkan, apabila salah satunya tidak ada maka tidak bisa disebut dengan shalat berjama’ah. 

Ini menunjukan bahwa dalam kehidupan bernegara harus ada pemimpin dan juga rakyatnya apabila salah satunya tidak ada maka tidak bisa disebut bernegara. Di antara pemimpin dan rakyat saling membutuhkan untuk melengkapi posisinya masing-masing. Sebelu shalat jama’ah terdapat adzan dan iqamah, dimana keduanya berisi kalimat-kalimat yang baik. Begitu juga dalam kehidupan bernegara baik pemimpin kepada rakyatnya ataupun rakyat kepada pemimpinnya harus memanggil dengan kalimat dan cara yang baik.

Andaikan adzan dan iqamah berisi kalimat yang tidak mulia, tentu shalat berjama’ah tidak akan menarik dan menenangkan seperti sekarang. Adzan dan iqamah yang berisi kalimat mulia saja masih banyak yang enggan melakukan shalat jama’ah apa lagi jika berisi kalimat yang tidak mulia tentu itu akan lebih membuat orang enggan untuk shalat berjama’ah.

Begitulah kiranya dalam bernegara harus tetap menjaga kalimat-kalimat yang baik, karena bagaimana mungkin bernegara akan tenang dan nyaman apabila yang didengar setiap waktunya adalah kalimat caci maki, dan hujatan-hujatan. Dari kalimat kotor itulah yang akan menimbulkan perpecahan dan pertikaian. Dalam shalat jama'ah yang dipilih menjadi imam adalah yang mempunyai pemahaman ilmu agama islam yang luas atau biasanya dipilih karena usianya lebih tua, jika dimasjid-masjid atau mushala biasanya sudah ada imam husus untuk mempin shalat. Dalam bernegara juga sama, yang menjadi pemimpin adalah yang dipilih oleh rakyatnya, karena dianggap mempunyai kapasitas untuk memimpin.

Dalam shalat berjama’ah imam adalah sebagai panutan dan contoh, karena setiap apa yang lakukan dan ucapkan akan ditirukan oleh makmumnya, ketika ia mengucapkan Allahu akbar tanda shalat dimulai maka makmumpun lekas mengikutinya. Tidak ada ketika belum melakukan takbiratul ikhram makmum melakukannya duluan, jika ada maka shalat si makmum salah. Maka yang ada di dalam shalat jama’ah menunggu dan mengikuti komando dari imam, dan imam bukan hanya memberikan komando akan tetapi melakukannya.

Begitu juga pada imam, ia harus memperhatikan kondisi makmumnya seperti jangan membaca surat-surat yang panjang dalam kondisi tertentu karena ditakutkan makmumnya ada yang kelelahan, ada yang ingin melakukan ini itu dan sebagainya. Sehingga dalam pelaksanaannya bisa nyaman dan tenang. Sebanyak apapun makmum ketika shalat berjama’ah tetap yang memimpin satu imam, seperti ketika di masjidil haram ataupun masijd nabawi meskipun makmumnya ribuan namun yang memimpin satu imam.

Hal ini menunjukan bahwa sebesar apapun negara akan tetap dipimpin oleh satu pemimpin, jika ada yang ingin menambah pemimpin lagi maka itu bentuk dari pemberontakan dan ini tidak dibenarkan. Juga ketika imam salah atau lupa dalam membaca bacaan ataupun dalam rakaat, maka kewajiban makmum adalah mengingatkan. Juga cara mengingatkan bukan dengan cara yang kasar tidak beretika, tetapi cara mengingatkannya dengan meluruskan apa yang salah.

Jika lupa dalam gerakan atau jumlah rakaat maka diluruskan dengan membaca tasbih, itulah seharusnya juga dilakukan dalam kehidupan bernegara. Ketika pemimpin melakukan kesalahan ataupun lupa maka kewajiban rakyat yaitu mengingatkan dengan cara-cara yang baik. Tidak dengan caci maki dan hinaan ataupun hujatan. Bayangkan saja
jika dalam shalat berjama’ah imam melakukan kesalahan dalam membaca bacaan shalat kemudian makmum menegurnya dengan kalimat caci maki yang ada bukan shalat berjama’ah tetapi justru akan terjadi perkelahian. 

Intinya begini saja kata K.H. Fiqh Nauval Hamdzali, kalau memang ada tetangga atau orang yang belum mau shalat hendaknya di do'akan semoga dapat hidayah agar mau shalat, bukan dengan memberikan statemen hukuman surga dan neraka. Orang yang sudah mau shalat menghargai orang yang belum mau shalat dan orang yang belum mau shalat menghargai orang yang sudah mau shalat. Apalagi puasa Ramadhan yang merupakan ibadah rahasia dan penilaiannya langsung oleh Allah SWT dan pribadi orang melaksanakannya.  



Reporter: (Red)

Editor: Asim

Iklan Disini

Type and hit Enter to search

Close